Saturday 13 October 2018

Arogansi Amerika di Balik Rencana Damai Korsel-Korut


Menteri Luar Negeri Korsel, Kang Kyung-wha, menyatakan kepada parlemen, bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan pencabutan sanksi kepada Korut.
Pencabutan sanksi tersebut terkait serangan terhadap kapal militer Korsel yang menyebabkan 46 pelaut tewas, tahun 2010.

Korsel menjatuhkan sanksi, kapal Korut dilarang masuk pelabuhan Korsel.
Sebagian besar pertukaran antara Korsel dan Korut, meliputi pariwisata, perdagangan, dan bantuan kemanusiaan, juga dilarang hingga Pyongyang meminta maaf atas insiden tersebut.
Pernyataan Menlu Kang membuat Presiden Amerika Serikat Donald Trump angkat bicara.
Menurutnya, Korsel memerlukan persetujuan AS untuk mencabut sanksi atas Korut.
Trump lantas mengingatkan, sanksi apapun baru akan dicabut jika Korut mewujudkan denuklirisasi atau Pyongyang mematikan kemampuan persenjataan nuklirnya.
Situasi ini membuat Presiden Korsel menjadi galau.

Di satu sisi, ia seperti begitu mesra dengan Pemimpin Korut.
Sinyal kuat diberikan oleh Presiden Moon kepada Pyongyang bahwa Seoul siap menjalin kerja sama lebih luas lagi.
Tapi, di sisi lain, meskipun merupakan aktor penting atas terwujudnya pertemuan bersejarah antara Trump dan Kim di Singapura pada Juni lalu, Moon tak bisa melepaskan diri dari kerangka besar denuklirisasi yang dirancang oleh AS.
Bagi pihak Gedung Putih, Korut harus melakukan denuklirisasi terlebih dahulu sebelum saksi dicabut dan pakta perdamaian yang mengakhiri Perang Korea secara permanen bisa diwujudkan.

Menlu AS Mike Pompeo telah menyampaikan keberatan atas kesepakatan Korsel-Korut bulan lalu untuk mengurangi ancaman militer konvensional di antara mereka.
Tak hanya itu, Moon juga harus menghadapi tekanan dari dalam negeri.
Kelompok konservatif sangat tidak suka dengan kebijakan Moon yang dinilai terlalu membuka diri terhadap Kim sehingga membuat Korsel seolah-olah tunduk terhadap Korut.
Di tengah berbagai tekanan itu, Moon dituntut harus tetap mampu meyakinkan Kim agar terus berada di jalur menuju denuklirisasi dan perdamaian yang abadi.

Jika Moon gagal, kemungkinan upaya menciptakan denuklirisasi dan juga perdamaian yang permanen di Semenanjung Korea akan kehilangan momentumnya.
Situasi seperti ini bisa jadi sulit untuk terulang kembali di masa yang akan datang, Allahu a'lam.


EmoticonEmoticon