Wednesday 10 October 2018

Gawat, Semua Kota di Arab Saudi Dalam Jangkauan Rudal Iran!!!


Sebuah pesan yang tak tersirat bisa dilihat dari cara bagaimana peluncuran rudal balistik yang disampaikan ke dunia luar.
Pernyataan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan, serangan itu adalah balasan atas kejahatan teroris yang terlibat dalam penembakan di tengah para militer Iran di Ahvaz, September lalu.
Yang menewaskan sedikitnya 25 orang, termasuk 12 anggota IRGC.
Mengenal serangan tersebut, pernyataan resmi IRGC menyebut tindakan itu tidak lebih dari "respon tegas atas kejahatan apapun" dan "keamanan rakyat Iran adalah garis merah Angkatan Bersenjata".
Dalam tayangan televisi, salah satu rudal Zolfaqar dan Qiam itu, misalnya, diperlihatkan rudal bertuliskan slogan-slogan "Matilah Amerika", "Matilah Israel", dan "Matilah Al-Saud" dalam bahasa Persia.
Penyiar televisi Iran menggarisbawahi pesan dari slogan itu dengan sebuah narasi, "Dalam beberapa menit, pihak-pihak yang sombong, khususnya Amerika Serikat, rezim Zionis (Israel) dan Al-Saud, akan mendengar suara ledakan Iran".

Rudal Zolfaqar dan Qiam berjangkauan tembak secara berurutan 750 kilometer dan 800 kilometer.
Rudal tersebut bisa menjangkau target di negara rival Iran di kawasan, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan pangkalan militer AS.
Israel, rival abadi lain Iran di kawasan, memang tidak bisa di jangkau oleh dua rudal itu.
Tapi, Teheran masih memiliki rudal balistik Shahab 3 berjangkauan tembak hingga 2.000 kilometer.
Israel dan semua kota di Arab Saudi berada dalam jangkauan tembak rudal itu.
Wakil Komandan IRGC untuk Koordinasi Laksamana Muda Ali Fadavi dalam wawancara dengan Koran Vatan Ermouz yang dikutip Fars, menyatakan bahwa rudal-rudal itu menjadi komponen kekuatan bagi negara Syiah terbesar di dunia itu.
Kita, meskipun jauh dari pusat ketegangan di Timur Tengah, tidak ingin ada eskalasi ketegangan di kawasan itu.
Namun, tidak bisa dimungkiri, ketegangan akibat konflik yang belum terselesaikan di Suriah dan Yaman bertambah sejak AS dipimpin oleh Presiden Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2015.

Keputusan Trump itu berlanjut dengan penerapan sanksi baru bagi Iran.
Situasi yang dinilai banyak pengamat hanya akan memberi momentum bagi kelompok garis keras di Iran untuk bisa mengendalikan sikap Teheran.


EmoticonEmoticon